Di zaman purba dulu, entah Megalitikum,
Paleolitikum, Mesolitikum, atau apalah, manusia menghalalkan segala cara
untuk bertahan hidup. Bahkan membunuh. Obyek buruan yang tak
se-melimpah di era modern, membuat mereka saling sikut, saling melukai,
dan saling bunuh, untuk memperoleh apa yang mereka inginkan, yang mereka
butuhkan.
Di era modern saat ini, manusia malah juga
menghalalkan segala cara untuk meraih kebahagiaan hidup. Bahkan
membunuh. Obyek buruan yang seolah telah disediakan oleh alam yang
ramah, tak membuat mereka hidup damai. Malah saling sikut, saling
melukai, saling bunuh, untuk memperoleh lebih dari apa yang seharusnya
telah cukup untuk memenuhi apa yang mereka inginkan, yang mereka
butuhkan.
Di zaman purba dulu, manusia memakai apa
yang disediakan alam untuk menutupi tubuhnya, sekadarnya. Bahkan
telanjang bulat. Bahan alam yang tak se-melimpah di era modern, dan
peralatan yang sangat primitif, membuat mereka harus beraktivitas dengan
busana yang sangat sederhana, bahkan dalam ketelanjangan yang
sesungguhnya.
Di era modern saat ini, manusia malah
berusaha sesedikit mungkin menutupi bagian tubuhnya. Bahkan mungkin
ingin telanjang bulat. Bahan alam yang begitu mudah diperoleh dan
disediakan oleh alam yang ramah, dan pabrik tekstil yang berdiri megah
di setiap kota, tak membuat busana mereka menjadi beradab, bahkan malah
berlomba memamerkan perhiasan tubuhnya.
Di
zaman purba dulu, manusia memuaskan birahi kepada siapa saja lawan
jenis yang mereka temui. Bahkan berganti dan bertukar pasangan.
Kapasitas otak dan daya pikir yang masih terbelakang, membuat mereka
bertingkah layaknya hewan. Bercinta di mana saja, kapan saja, tanpa
peduli orang lain.
Di era modern saat ini, manusia malah juga
memuaskan birahi kepada siapa saja yang mereka temui, yang bersedia.
bahkan berganti dan bertukar pasangan, atau malah dengan sesama jenis.
Kapasitas otak dan daya pikir yang jauh lebih jenius, tak membuat mereka
menjadi bermoral. Bahkan bercinta di mana saja, kapan saja, dianggap
sebagai gaya hidup masa kini.
Di zaman purba dulu, Kota Bandung adalah
sebuah danau raksasa yang membentang luas dari wilayah Jl. Siliwangi
hingga Soreang saat ini, dari Parakan Muncang hingga Padalarang saat
ini, dengan titik terdalam hingga tigapuluh meter. Tak ada yang bisa
ditinggali manusia saat itu, kecuali di barisan pegunungan yang
mengepung cekungan bandung saat itu.
Di era modern saat ini, Kota Bandung
adalah sebuah dataran tinggi yang menjadi mangkuk raksasa tempat
aktivitas hidup manusia. Manusia bisa berdiri dan hidup normal di
wilayah yang dulu tak bisa ditinggali, malah kemudian merusaknya dengan
berbagai polah, mengotori alam, membuat Kota Bandung menjadi tak nyaman
karena setiap turun hujan menjadi digenangi air setinggi pinggang
manusia. Kota Bandung mulai kembali menjadi danau aksidental.
Di zaman purba dulu, manusia akhirnya tak
mampu bertahan hidup dan melawan kehendak alam yang terus berubah
seperti bumi saat ini, dan kelak tak henti ber-evolusi hingga hari
kiamat tiba.
Di era modern saat ini, manusia mampu
bertahan atas kehendak alam yang bersahabat, namun mereka merusaknya
dengan sesuka hati, bertindak sesuka hati, membuat bumi murka dan
manusia tak mampu melawannya, hingga kembali (seperti) ke zaman purba...
0 komentar:
Posting Komentar